HUBUNGAN HASIL BASIL TAHAN ASAM (BTA) DENGAN LAMANYA PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU
Abstract
Tuberkulosis Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis dan Indonesia menduduki posisi ketiga terbesar didunia. Selain Paru tuberkulosis bisa juga menyerang organ tubuh lainnya. Penularan terjadi dari percikan dahak dan sering disebut air borne disease. Pengobatan TB Paru dilakukan selama 6 bulan atau lebih. Jika penderita menghentikan pengobatan maka harus mengulangi pengobatan intensif selama 2 bulan pertama. Pengobatan yang tidak teratur dapat menimbulkan kekebalan a kuman TB terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance. Berdasarkan Observasi dilapangan masih ditemui pola fikir masyarakat yang masih minim tentang kesehatan dan merasa malu dengan penyakit tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemeriksaan Follow up Basil Tahan Asam (BTA) dengan lamanya pengobatan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Bukit Timah. Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional bersifat analitik. Penelitian dilakukan di Puskesmas Bukit Timah dengan jumlah sampel 30 sampel. Penelitian menggunakan uji chi square dengan menggunakan perangkat lunak komputer server computer IBM SPSS Statistics 24. Hasil analisis univariat ditemukan 1 orang (3,33%) +1, 1 orang (3,33%) Scanty dinyatakan gagal pengobatan Kategori I pindah pengobatan Kategori 2, 28 orang 93,33% dinyatakan berhasil pengobatan Kategori I.Analisis bivaria didapat koreksi koreksi (Fisher’s Exact Test) dengan nilai P Value Sig 0,002 < α 0,05 maka dapat diambil kesimpulan secara statistic bahwa Ho ditolak, artinya ada hubungan antara hasil pemeriksaan follow up mikroskopis basil tahan asam (BTA) dengan lamanya pengobatan tuberkulosis paru di Puskesmas Bukit Timah sehingga responden dengan hasil follow up mikroskopis basil tahan asam positif mempunyai resiko 0,071 kali lebih besar untuk masa pengobatan lebih dari 6 bulan atau gagal pengobatan kategori I dibandingkan dengan responden hasil follow up mikroskopis basil tahan asam negatif. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada puskesmas, kampus dan peneliti selanjutnya dapat memberi edukasi yang intensif , patuh mengikuti aturan minum obat secara benar , tuntas dan acuan pengetahuan terhadap hubungan pemeriksaan follow up mikroskopis BTA dengan lamanya pengobatan tuberculosis paru.
Full Text:
PDFReferences
Tuberkulosis Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberculosis dan Indonesia menduduki posisi ketiga terbesar didunia. Selain Paru tuberkulosis bisa juga menyerang organ tubuh lainnya. Penularan terjadi dari percikan dahak dan sering disebut air borne disease. Pengobatan TB Paru dilakukan selama 6 bulan atau lebih. Jika penderita menghentikan pengobatan maka harus mengulangi pengobatan intensif selama 2 bulan pertama. Pengobatan yang tidak teratur dapat menimbulkan kekebalan a kuman TB terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT) atau Multi Drug Resistance. Berdasarkan Observasi dilapangan masih ditemui pola fikir masyarakat yang masih minim tentang kesehatan dan merasa malu dengan penyakit tuberkulosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemeriksaan Follow up Basil Tahan Asam (BTA) dengan lamanya pengobatan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Bukit Timah. Jenis penelitian ini menggunakan metode observasional bersifat analitik. Penelitian dilakukan di Puskesmas Bukit Timah dengan jumlah sampel 30 sampel. Penelitian menggunakan uji chi square dengan menggunakan perangkat lunak komputer server computer IBM SPSS Statistics 24. Hasil analisis univariat ditemukan 1 orang (3,33%) +1, 1 orang (3,33%) Scanty dinyatakan gagal pengobatan Kategori I pindah pengobatan Kategori 2, 28 orang 93,33% dinyatakan berhasil pengobatan Kategori I.Analisis bivaria didapat koreksi koreksi (Fisher’s Exact Test) dengan nilai P Value Sig 0,002 < α 0,05 maka dapat diambil kesimpulan secara statistic bahwa Ho ditolak, artinya ada hubungan antara hasil pemeriksaan follow up mikroskopis basil tahan asam (BTA) dengan lamanya pengobatan tuberkulosis paru di Puskesmas Bukit Timah sehingga responden dengan hasil follow up mikroskopis basil tahan asam positif mempunyai resiko 0,071 kali lebih besar untuk masa pengobatan lebih dari 6 bulan atau gagal pengobatan kategori I dibandingkan dengan responden hasil follow up mikroskopis basil tahan asam negatif. Dari hasil penelitian ini diharapkan kepada puskesmas, kampus dan peneliti selanjutnya dapat memberi edukasi yang intensif , patuh mengikuti aturan minum obat secara benar , tuntas dan acuan pengetahuan terhadap hubungan pemeriksaan follow up mikroskopis BTA dengan lamanya pengobatan tuberculosis paru.
DOI: http://dx.doi.org/10.30633/jsm.v5i1.1495
Refbacks
- There are currently no refbacks.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Jurnal Kesehatan Saintika Meditory
Published by Stikes Syedza Saintika Padang
Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, STIKes SYEDZA Saintika Padang
Jl. Prof. Dr. Hamka No. 228 Air Tawar Timur Padang - Sumatera Barat
Phone: 082384992512
Email: lppmsyedza@gmail.com
View My Stats